SUKU BANJAR : KARAKTER PERADABAN SUNGAI DI TANAH BORNEO ( Bagian 1)
(Warta Simalaba, Kalimantan Selatan)
Bukalah pintu dan berjalanlah menuju dermaga, biarkan tubuhmu merasakan gigilnya udara yang menembus kulit menciptakan ruang dingin merasuk hingga ke tulang. Kemudian naiklah ke perahu, berhanyutlah sejenak menuju muara. Menikmati bagaimana rasanya terombang ambing di atas jukung mengikuti kemana derasnya sungai membawa jiwamu mengalir, menghitung tarian ombak ombak kecil yang berkejaran sebelum akhirnya pecah berkeping membelah tiang tiang pelabuhan.
Sementara lantunan ayat ayat suci alquran masih mengalun di menara masjid dari kampung seberang, setia merayapi rumah panggung berdinding papan hingga membangunkan mimpi indah para penghuninya.
Pagi yang tenang, matahari mulai merayap menaiki bibir sungai, di kejauhan mulai terlihat iringan perahu perahu kecil yang sarat membawa muatan sayur dan buah buahan hasil pertanian juga aneka kudapan tradisional untuk sarapan di pagi hari. Sesekali gelak tawa terlontar dari bibir ibu ibu paruh baya yang mengenakan tanggui sejenis topi lebar yang terbuat dari daun rumbia. Nampak gesit memainkan dayungnya masing masing.
Mereka adalah urang Banjar, Yah, sungai dan urang Banjar adalah elemen kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Suku bangsa di tanah Borneo yang sampai saat ini hidup berdampingan dengan damai dengan suku pendatang lainnya. Suku Banjar mendiami sebagian besar wilayah Kalimanan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Adanya peperangan di masa lampau termasuk saat terbunuhnya Sultan Muhamad Seman pada penjajahan kolonial Belanda pada tahun 1905 menyebabkan migrasi besar besaran etnis suku Banjar ke pulau Sumatera sehingga terkonsentrasi dalam jumlah yang besar di daerah Jambi, Riau, Sumatera Utara hingga Semenanjung Malaysia.
Tak hanya itu, adanya budaya merantau yang dalam istilah banjarnya dikenal dengan sebutan madam serta darah kemaritiman yang melekat pada kehidupan suku tersebut membuat mereka mampu berlayar hingga kepulauan Madagaskar. Hingga hasil sebuah riset ilmiah yang dilakukan selama bertahun tahun pun mengungkapkan bahwa secara genetis nenek moyang asli suku bangsa Malagasi yang mendiami kepulauan madagaskar adalah 28 perempuan asal Indonesia yang kemudian diidentifikasi sebagai suku Banjar yang mendarat 1.200 tahun silam di kepulauan tersebut.
Secara genetik suku Banjar merupakan perpaduan orang melayu dengan orang Dayak, baik itu Dayak Manyan, Dayak Meratus dan sebagian rumpun Dayak Ngaju terutama yang bermukim di sepanjang pesisir aliran hilir sungai Barito seperti Dayak Bakumpai, Dayak Berangas dan Mendawai juga rumpun Dayak Lawangan.
Mereka terbagi dalam kelompok subetnik berdasarkan tempat dimana mereka menetap dan unsur pembentuk sukunya :
1. Kelompok Banjar Pahuluan yaitu subetnik yang berasal dari kesatuan campuran Melayu dan Dayak Bukit yang mendiami kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari.
2. Kelompok Banjar Batang Banyu yaitu subetnik yang berasal dari kesatuan campuran Melayu dan Dayak Maanyan yang mendiami sepanjang sungai Tabalong sampai dengan Kalua.
3. Kelompok Banjar Kuala yaitu subetnik yang berasal dari kesatuan campuran Melayu dan Dayak Ngaju yang mendiami Kuala Hilir Barito, Martapura dan sekitarnya.
Setelah bercampur sekian lama dan masuknya agama islam ke tanah banjar mereka membentuk budaya sendiri yang lebih bercorak melayu dengan agama islam sebagai ciri khas yang membedakan mereka dengan saudara mereka suku Dayak yang hingga saat ini lebih banyak menganut agama kaharingan. Bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan sehari hari terbagi dalam dua dialek yaiu banjar kuala dan banjar hulu.
Adapun masuknya islam ke tanah banjar erat kaitannya dengan perjanjian kerajaan banjar dengan kesultanan Demak yang waktu itu mendukung terbentuknya kerajaan Banjar sehingga ketika pangeran Samudra raja banjar pertama memeluk Islam maka diikuti oleh seluruh kerabat kerajaan serta pengikutnya secara massal lalu kemudian muncullah suku Banjar dengan identitas keislamannya dari masa ke masa hingga saat ini.
Jadi sebenarnya suku Banjar merupakan kesatuan akulturasi yang berangkat dari perpaduan berbagai kelompok etnik, historis dan politik yang mengikat mereka dan membentuk satu ciri khas yaitu Islam ( R. Tia / didukung dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar